Lompat ke isi

Kota Palu

Wikipedia Minangkabau - Lubuak aka tapian ilimu
Kota Palu
Ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia

Lambang rasmi Kota Palu
Lambang
Julukan: Kota Teluk dan kota lima dimensi"
Semboyan: Maliu Nti Nuvu
Nagara Indonesia
ProvinsiSulawesi Tengah
Tanggal paresmian27 September 1978
Pamarintahan
 • Wali KotaHadianto Rasyid
 •  Wakil Wali KotaReny Lamadjido
Laweh
 • Total395,06 km2 (152,53 sq mi)
Panduduak (2021)[1][2]
 • Total372.113 jiwa
 • Kapadatan942/km2 (2,440/sq mi)
Demografi
 • AgamoIslam 80,05%
Kristen 15,16%
- Protestan 12,68%
- Katolik 2,48%
Hindu 2,42%
Buddha 2,37%[3]
 • BahasoIndonesia, Kaili
Zona wakatuWITA (UTC+08:00)
Kode telepon+62 451
Kode SNIPAL
Plat kandaraanDN xxxx A*/V*/Y*
Jumlah kecamatan8
Jumlah kelurahan46
DAURp 709.876.943.000,- (2020)[4]
IPM 81,70 (2021)
Sangat Tinggi[5]
Flora resmiBanga
Fauna resmiMaleo
Situs webpalukota.go.id

Kota Palu adalah sebuah kota yang di tepi laut dan sekaligus Ibukota dari provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Palu merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah Barat dan Utara, Kabupaten Sigi di sebelah Selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah Timur. Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Kota Palu dilewati oleh garis Khatulistiwa. Pada tahun 2021, penduduk Kota Palu berjumlah 372.113 jiwa, dengan kepadatan 942 jiwa/km2.[1]

Asal usul nama Kota Palu

[suntiang | suntiang sumber]

Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu'e yang artinya Tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan. Pernah terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu koro) sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.

Istilah lain juga menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu berasal dari bahasa Kaili VOLO yang berarti bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku Kaili, ini dikarenakan ketergantungan masyarakat Kaili dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka, baik itu dijadikan Bahan makanan (Rebung), Bahan bangunan (Dinding, tikar, dll), Perlengkapan sehari hari, permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove) dihimpun dari berbagai sumber.

Bencana alam gempa bumi yang di ikuti tsunami dan likuifaksi merupakan bencana dahsyat yang terjadi 28 September tahun 2018, berbagai infrastruktur vital rusak, kini setelah 3 tahun pasca gempa Kota Palu dan sekitarnya sudah mulai berbenah.

Pembentukan kota Palu

[suntiang | suntiang sumber]

Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kerajaan yang terdiri dari kesatuan empat kampung, yaitu: Besusu, Tanggabanggo yang sekarang bernama Kelurahan Kamonji, Panggovia yang sekarang bernama Kelurahan Lere, dan Boyantongo yang sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari Manado pada tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888, Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.

Teluk Palu di sekitar tahun 1900

Pada awal mulanya, Kota Palu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Palu. Pada masa penjajahan Belanda, Kerajaan Palu menjadi bagian dari wilayah kekuasaan (Onder Afdeling Palu) yang terdiri dari tiga wilayah yaitu Landschap Palu yang mencakup distrik Palu Timur, Palu Tengah, dan Palu Barat; Landschap Kulawi; dan Landschap Sigi Dolo.[6]

Pada tahun 1942, terjadi pengambilalihan kekuasaan dari Pemerintahan Belanda kepada pihak Jepang. Pada masa Perang Dunia II ini, kota Donggala yang kala itu merupakan ibu kota Afdeling Donggala dihancurkan oleh pasukan Sekutu maupun Jepang. Hal ini mengakibatkan pusat pemerintahan dipindahkan ke kota Palu pada tahun 1950. Saat itu, kota Palu berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat wedana dan menjadi wilayah daerah Sulawesi Tengah yang berpusat di Kabupaten Poso sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950. Kota Palu kemudian mulai berkembang setelah dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah Tahun 1957 yang menempatkan Kota Palu sebagai Ibu kota Keresidenan.[6]

Terbentuknya Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, status Kota Palu sebagai ibu kota ditingkatkan menjadi Ibu kota Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah. Kemudian pada tahun 1978, Kota Palu ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978. Kini, berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 Kota Palu ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Palu.[6]

Bentang alam Kota Palu membentang memanjang dari Timur ke Barat dengan luas wilayah 395,06 km2. Secara astronomis, Kota Palu terletak pada posisi 119,45 - 121,15 BT dan 0,36 - 0,56 LS.

Batas Wilayah

[suntiang | suntiang sumber]

Secara geografis, Kota Palu berbatasan dengan daerah sebagai berikut:

Iklim dan Cuaca

[suntiang | suntiang sumber]

Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Peta ketinggian mencatat, 376,68 Km2 (95,34%) wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100 - 500 mdpl dan hanya 18,38 Km2 (46,66%) terletak di dataran yang lebih rendah. Kota Palu terletak di bagian selatan khatulistiwa, menjadikan Kota Palu sebagai salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.500 mm per tahun.[6] Templat:Palu weatherbox

Jarak antara ibu kota provinsi (Kota Palu) ke daerah kabupaten tergantung situasi dan kondisi lalu lintas:[7]

No Destinasi Jarak (KM) Akses
1 Poso 212 Darat
2 Luwuk 595
3 Baolan 424
4 Banawa 41
5 Parigi 79
6 Bungku Tengah 501
7 Kolonodale 416
8 Buol 591
9 Bora 26
10 Ampana Kota 365
11 Salakan 607 + 46 mil Darat + Laut
12 Banggai 607 + 96 mil

Pemerintahan

[suntiang | suntiang sumber]
Kediaman controleur pada masa Hindia Belanda (tahun 1930-an)

Daftar Wali Kota

[suntiang | suntiang sumber]

Daftar Wali Kota Palu

Dewan Perwakilan

[suntiang | suntiang sumber]

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palu

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Palu

Tahun 1990 2000 2010 2021
Jumlah penduduk 199.495 268.322 335.297 372.113
Sejarah kependudukan kota Palu
Sumber:[8]

Kondisi Masyarakat

[suntiang | suntiang sumber]

Masyarakat Kota Palu sangat heterogen. Penduduk yang menetap di kota ini berasal dari berbagai suku bangsa seperti Bugis, Toraja, dan Mandar yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Gorontalo, Manado, Jawa, Arab, Tionghoa, dan Kaili yang merupakan suku asli dan terbesar di Sulawesi Tengah.[9]

Kota Palu sering diasosiasikan dengan kekerasan dan konflik. Padahal, masyarakat tidak terpengaruh oleh konflik atau bentrokan antarwarga. Bentrokan antarwarga di Kelurahan Nunu dan Kelurahan Tavanjuka yang sempat diberitakan di media massa tidak mempengaruhi aktivitas masyarakat. Warga tetap beraktivitas seperti biasa.[9]

Rumah sakit

[suntiang | suntiang sumber]

Daftar rumah sakit di Kota Palu

Kota Palu saat ini juga menjadi salah kawasan ekonomi khusus (KEK) di Indonesia bagian timur. Berbagai persiapan untuk ditetapkan Kota Palu sebagai kawasan ekonomi khusus telah dilakukan, penyiapan lahan seluas 1.520 hektare di Kecamatan Palu Utara, yang meliputi Kelurahan Pantoloan, Baiya, dan Lambara. Lahan seluas 1.520 hektare itu akan dibagi menjadi kawasan industri seluas 700 hektare, kawasan perumahan (500 hektare), kawasan pendidikan dan penelitian (100 hektare), kawasan komersial (100 hektare), daerah olahraga (50 hektare), kawasan pergudangan (50 hektare), kawasan perkebunan dan taman (20 hektare).[9]

Berkas:Jembatan ponulele.jpg
Jembatan Palu IV/Jembatan Ponulele, Palu Barat

Tempat Wisata

[suntiang | suntiang sumber]

Jembatan Ponulele

Jembatan Ponulele atau oleh warga kota Palu, dikenal dengan jembatan kuning ini, menjadi daya tarik sendiri. Terlebih jika kita menikmatinya pada malam hari, keindahannya jembatan kuning ini lebih nampak dengan gemerlapnya lampu-lampu yang terpasang disepanjang jambatan.

Hal inipun menjadi daya tarik bagi mereka yang baru pertama kali berkunjung ke kota Palu. Para pengunjung pun, tidak sungkan-sungkan menyempatkan diri untuk berfoto diatas jembatan Ponulele.

Jembatan yang panjangnya kurang lebih 250 meter, berdiri diatas teluk palu dan pantai talise, menghubungkan Kota Palu dan Kab Donggala tersebut, menjadi salah satu objek panorama yang menarik terlebih keindahannya yang menakjubkan. Jika berdiri diatas jembatan Ponulele, kita bisa melihat keindahan teluk palu. Namun, sayang pada tanggal

28 September 2018 tepat di sore hari menjelang malam pukul 18.02 WITA Gempa & Tsunami melanda kota palu dan sekitarnya Jembatan yang sangat indah ini nyaris hancur.

Danau Sibili

[suntiang | suntiang sumber]
Berkas:Danau sibili.jpg
Danau Sibili, Pantoloan,Tawaeli

Danau Sibili merupakan danau alam yang terletak di Kelurahan Pantoloan Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. Danau ini merupakan salah satu objek wisata kebanggaan masyarakat Tawaeli karena pemandangannya yang indah. Danau yang terletak 24 km di utara Kota Palu ini awalnya merupakan danau yang dijadikan tempat pemancingan ikan oleh masyarakat sekitar. Tetapi, karena seringnya pengunjung yang datang dari luar Kecamatan Tawaeli untuk datang berwisata akhirnya danau ini dijadikan salah satu objek wisata andalan di kecamatan tersebut.

Danau Sibili yang indah telah menjadi tempat wisata bagi masyarakat sekitar maupun dari luar kota Palu. Wisata yang menjadi andalan di sini adalah wisata memancing dengan berbagai jenis ikan seperti mas, bawal, mujair, gabus, dll. Di pinggir danau, ada sarana yang dapat digunakan bagi Anda yang ingin menikmati keindahan danau, seperti perahu tradisional.

Banua Oge (Sou Raja)

[suntiang | suntiang sumber]
Banua Oge Sou Raja Rumah Adat Kota Palu

Banua Oge atau Souraja adalah istana dari Kerajaan Palu pada masa sebelum kemerdekaan. Kata Souraja dapat diartikan rumah besar, merupakan rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja beserta keluarga-keluarganya. Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan meskipun bentuk dan ukurannya sama dengan Souraja.

Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah tiang kayu balok persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan, atau sejenisnya. Atapnya berbentuk piramida segitiga, bagian depan dan belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan mahkota berukir disebut bangko-bangko. Seluruh bahan bangunan mulai dari lantai, dinding balok-balok terbagi atas tiga ruangan, yaitu:

Ruang depan disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi untuk menerima tamu. Dahulu sebelum ada meja kursi, di ruangan ini dibentangkan tikar atau onysa. Ruangan ini juga untuk tempat tidur tamu yang menginap.

Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut lonta tata ugana diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang belakang, berfungsi sebagai ruang makan, tetapi kadang-kadang ruang makan berada di lonta tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur. Khusus untuk kamar tidur perempuan atau anak-anak gadis biasanya ditempatkan di pojok belakang lonta rarana, maksudnya agar mudah diawasi oleh orang tua. Untuk tamu perempuan dan para kenalan dekat diterima di ruang makan.

Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan tambahan atau ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan rumah induk dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut hambate atau bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan pekuntu yakni ruangan terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di kolong dapur diberi pagar sekeliling, sedangkan di bawah rumah induk dibiarkan terbuka dan kadang-kadang menjadi ruang kerja untuk pertukangan, atau keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan loteng rumah dipergunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka dan lain-lain.

Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan artistik, lebih-lebih bila dilihat dari hiasannya yang berupa kaligrafi huruf Arab tertampang pada jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada dinding, loteng, di bagian lonta-karavana, pinggira cucuran atap, papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan. Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan dan kesejahteraan bagi penghuninya.

Jembatan Lalove

[suntiang | suntiang sumber]
Jembatan Lalove / Palu V

Jembatan Palu V atau disebut lalove merupakan jembatan penghubung dua kelurahan di Kecamatan Tatanga dan Kecamatan Palu selatan yang terpisah oleh sungai Palu. pembangunan Jembatan ini dibangun pada sejak Juni 2019 lalu dan diresmikan oleh bapak walikota Drs. Hidayat, M.Si pada tanggal 26 Agustus 2020.

Keunikan dari jembatan ini adalah berdirinya dua tiang duplikat seruling berwana kuning atau Warga Palu menyebutnya Lalove, merupakan alat musik tiup tradisional suku kaili yang mendiami lembah Palu, Sulawesi Tengah.

Disamping jembatan juga terdapat cafe/jajanan makanan yang tersedia pula wahana permainan anak - anak dibawah jembatan. di hari sabtu - minggu ramai warga datang kesini untuk sekedar jogging, sepatu roda, dan berfoto.

Masjid 'Apung' Argam Bab Al Rahman

[suntiang | suntiang sumber]
Berkas:Masjid terapung.jpg
Masjid terapung, Palu Barat

Masjid ini memiliki luas 121 meter persegi dan mampu menampung sebanyak 150 orang. Masjid ini berlantai satu dengan empat menara di ke empat sudutnya. Masjid ini sering disebut masjid apung karena posisinya menjorok 30 meter ke laut yang seakan-akan mengapung. Panorama bentang pegunungan dan Teluk Palu menambah keindahan bagi para jamaah maupun wisatawan yang ingin menikmati wisata religi di Kota Palu.[10]

Kawasan Wisata Religi Sis Al Jufrie

[suntiang | suntiang sumber]
Berkas:Masjid alkhairat.jpg
Masjid Al Khairat, Palu Barat

Kawasan ini terletak di sepanjang Jalan Sis Aljufrie, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga dan Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat. Dijalan ini terdapat berbagai macam objek wisata belanja dan objek wisata Religi. Objek wisata perbelanjaan yang ada disini adalah Pertokoan Palu Plaza. Di sini masyarakat kota Palu menjual berbagai macam kuliner, pakaian dan oleh - oleh. Objek wisata Religi di kawasan ini terletak di depan pertokoan Palu Plaza, yaitu Yayasan AL Khairaat Pusat yang merupakan Organisasi Islam Terbesar di Indonesia Timur. Di sana terdapat makam Idrus Bin Salim Al Jufrie (SIS AL JUFRIE) Pendiri AL Khairaat, Masjid AL Khairaat, Masjid Nurul Khairaat, dan Masjid Nur Sa'adah, juga beberapa sekolah berbasis Islam.

Museum Sulawesi Tengah

[suntiang | suntiang sumber]
Berkas:Museumpalu.jpg
Museum Sulawesi Tengah, Palu Barat

Museum ini adalah museum terbesar di Sulawesi Tengah, terletak di Palu Barat. Di museum ini terdapat berbagai macam replika baju adat dari semua kabupaten dan kota yang ada di Sulawesi Tengah, sejarah mengenai Sulawesi Tengah dan lain lain. Yang menarik dari museum ini adalah batu megalith berbentuk manusia yang dibuat oleh nenek moyang suku Kaili yang berasal dari Lembah Napu yang bentuknya hampir mirip dengan batu megalith berbentuk manusia di Pulau Paskah, Samudera Pasifik.

Berkas:Tamanria.jpg
Pantai Taman Ria, Palu Barat

Taman Ria merupakan objek wisata yang terletak di Kelurahan Lere, Palu Barat. Taman Ria sangat terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya yang indah. Apabila anda ke Taman Ria belum lengkap rasanya jika belum mencicipi jagung bakar, pisang gepe, dan saraba yang dijual oleh pedagang setempat.


Taipa Beach

Pantai Taipa atau yang lebih di kenal dengan sebutan Taipa Beach letaknya ditengah Kota Palu ini, kini memang menjadi ikon baru wisata di Sulawesi Tengah. Selain letaknya strategis berada tidak jauh dari pusat kota, Taipa Beach ini relatif aman dari gempuran gelombang besar karena berada diteluk Palu

Taipa Beach memang cukup ideal sebagai tujuan wisata bahari. Pantainya yang bersih ditambah hangatnya sinar matahari, bisa menjadi tempat bersantai yang sangat mengasyikkan bagi anda dan keluarga. Anda juga sekaligus dapat melihat pemandangan nan elok Gunung Gawalise dari kejauhan. Pepohonan yang menghijau di pegunungan seakan membentuk gradasi warna antara birunya langit dengan jernihnya air laut. Semua ini bisa anda nikmati dari bibir pantai atau saung dan pendopo yang berdiri berjejer disepanjang kawasan pantai ini

Fasilitas disini lengkap terdapat cafe, villa, gazebo, cottage dan juga kolam permandian.

masuk pantai taipa ini tidak gratis alias berbayar.

sebuah pantai yang berada di pinggir kota palu. https://backpackerjakarta.com/pantai-taipa-palu/
Taipa Beach


Monumen Tugu Nosarara Nosabatutu ( Gong Perdamaian )

Tugu Perdamaian Palu

Sumber Artikel : Gong Perdamaian Nusantara Palu

Gong Perdamaian Nusantara atau Monumen Nosarara Nosabatutu yang dalam Bahasa Kaili (suku asli di Sulawesi Tengah) memiliki arti bersaudara dan bersatu. Di Kota Palu pembangunan monumen Gong Perdamaian Nusantara ini dilatar belakangi oleh keprihatinan atas terjadinya kekerasan sosial dan konflik di wilayah Sulawesi Tengah seperti Poso, Sigi, dan wilayah lainnya yang telah menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat korban kekerasan sosial dan konflik di wilayah tersebut, sehingga dirasa perlu membangun simbol-simbol perdamaian di kota Palu dengan tujuan untuk mengingatkan kembali masyarakat dan generasi berikutnya agar tidak terulang lagi kekerasan sosial dan konflik di Sulawesi Tengah.

Simbol perdamaian berupa Gong Perdamaian atau Monumen Nosarara Nosabatutu ini, diresmikan pada tanggal 11 Maret 2014 oleh Brigadir Dewa Parsana Kapolda Sulawesi Tengah, selaku pencetus Ide pembuatan monumen sebagai simbol perdamaian bertujuan sebagai dasar dalam membangun kebersamaan, kerukunan, dan mengajak seluruh komponen bangsa untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah.

Monumen ini terletak di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu. Berada di atas bukit yang berjarak 2 km di belakang Mako Polda Sulawesi Tengah, tempat ini bisa dicapai melalui jalan Soekarno-Hatta dengan jalan mendaki sekitar 10 menit dengan menggunakan kendaraan.

Gong Perdamaian Nosarara Nosabatutu memiliki beberapa tulisan disetiap bagiannya. Pada bagian depan gong terdiri dari 3 bagian lingkaran dan 1 bagian yang menonjol keluar. Lingkaran yang paling luar terdapat 444 logo beserta nama Kota dan Kabupaten yang ada di Indonesia. Lingkaran tengah terdapat 33 logo beserta nama Provinsi yang ada di negeri tercinta Indonesia, dan juga tulisan “GONG PERDAMAIAN NUSANTARA, SARANA PERSAUDARAAN DAN PEMERSATU BANGSA”. Bagian dalamnya terdapat 5 logo agama yang ada di Indonesia, yaitu agama Islam, Buddha, Kristen, Katolik dan Hindu. Sedangkan pada bagian tengah gong yang menonjol keluar terdapat gambar pulau Indonesia dan di atas gong terdapat tulisan UUD 1945.

Selain simbol gong untuk menjaga perdamaian, di Bukit Tondo juga dibangun graha yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan bermusyawarah, menjadi alternatif tempat rekreasi dan hiburan masyarakat di Kota Palu. Salah satu manfaat lebih dari dibangunnya tempat tersebut, adalah adanya jalan yang membelah perbukitan dapat menghubungkan Kelurahan Tondo dengan Keluruhan Paboya, sekaligus dapat berfungsi sebagai jalan evakuasi bila ada bencana tsunami.

Beragam lokasi berswa foto (selfi) yang tersedia di area ini selain juga terdapat beberapa kafe jika kita haus dan ingin menikmati minuman hangat dan makanan kecil sambil memanjakan mata dengan memandangi pemandangan hijau berbagai tumbuhan dan pepohonan yang menghiasi taman serta Teluk Palu yang indah beratapkan awan putih dan alunan live music sebagai releksasi setelah seharian penat bekerja. Tempat ini juga dilengkapi dengan mushola kecil serta toilet untuk pengunjung muslim yang akan melaksanakan solat.

Untuk mencapai Gong Perdamaian, kita akan melewati taman dan Monumen Nusarara Nusabatutu yang indah, serta kita juga harus menaiki beberapa tangga. Pada lokasi tersebut setelah mengitari beberapa tangga kita dapat menaiki bangunan tugu perdamaian Palu yang terdiri dari 3 tingkat, yang menggambarkan untuk tetap menjaga 3 keseimbangan dalam hidup manusia didunia, yaitu: hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, hubungan antara manusia dengan manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lokasi ini menjadi spot paling favorit bagi pengunjung karena dari ketinggian pengunjung dapat berswa foto dengan latar belakang laut dan kota Palu.


Bukit Doda Indah

Bukit Doda terletak di gunung gawalise tepatnya di Kabupaten Sigi. Panorama alamnya cukup memanjakan mata.  Puncak bukit Doda ini bisa juga disebut dengan bukit Bintang.

Sebab, dapat menyaksikan banyak sekali cahaya-cahaya yang memancar dari kota Palu dan kabupaten sigi serta cahaya dari bintang-bintang di langit.[11] 

Lokasi Bukit Indah Doda kira-kira 15-20 menit dari Kota Palu, tergantung dari mana berangkatnya. Misalnya, berangkat dari Palu Selatan daerah Balaikota atau pusat kota menuju sekitar Jalan Gunung Gawalise, kemudian berbelok menuju arah SMK N 4 Palu (SMK N 4 Palu ini jadi patokannya), kemudian lurus saja, jalan menuju Villa Bukit Indah Doda ini menanjak kira- kira-kira 1 km. Lokasi villa berada di sebelah kiri jalan setelah masjid Al Askar. Karena tidak ada transportasi umum yang bisa digunakan, menurut pendapat lebih baik menggunakan kendaraan pribadi, baik motor ataupun mobil agar bisa lebih leluasa menikmati waktu di villa ini. Lokasi parkiran yang cukup luas, sehingga tidak perlu khawatir.

Di bukit Ini terdapat sebuah restoran & Villa di dalamnya. Ya, restoran itu bernama"The Hills Cafe Doda" Fasilitasnya cukup lengkap terdapat Kolam permandian, Penginapan/Villa, Ruang Gym, Panggung konser dan parkir yang cukup luas.[12]

Makanan Khas

[suntiang | suntiang sumber]

Kaledo merupakan Sup Tulang Sapi yang dimasak hingga empuk. Kuahnya yang bening memiliki rasa bumbu yang kuat yang merupakan campuran berbagai bumbu seperti asam jawa, cabe rawit, dan garam. Kaledo disajikan beserta dengan Nasi atau Ubi. Kuahnya pun menyegarkan badan dengan rasa asam yang dominan dicampur rasa pedas cabe rawit.[13]

Uta Kelo/Sayur Kelor

[suntiang | suntiang sumber]

Uta Kelo merupakan sayur yang berbahan dasar daun kelor. Kuahnya bersantan dan gurih terbuat dari campuran santan kelapa, daun kelor, dan biasanya dicampur dengan berbagai bahan seperti Palola Ngura/Terong Muda, Loka Ngura/Pisang Puda, Pusu/Jantung Pisang, Kasubi/Ubi, dan Lamale/Udang Kecil.

Duo Sole/Teri Goreng

[suntiang | suntiang sumber]

Duo adalah makanan khas masyarakat kota palu. Makanan yang berbahan dasar teri ini mempunyai rasa asin, gurih, dan pedas karena masyarakat Kaili sangat terkenal dengan masakan pedasnya. Duo terbuat dari teri yang dimasak bersama irisan bawang khas Palu.

Palu Mara/Sayur Ikan

[suntiang | suntiang sumber]

Palu Mara atau biasa di sebut Sayur Ikan merupakan sayur yang berbahan dasar ikan. Kuahnya berwarna kuning karena campuran kunyit, asam jawa dengan sedikit cabe untuk rasa pedas.

Bau Ngau/Ikan Kering

[suntiang | suntiang sumber]

Bau Ngau atau Ikan Kering adalah salah satu makanan khas di kota Palu, berbahan dasar ikan yang dikeringkan dan disirami oleh air laut sehingga membuat rasanya asin. Bau Ngau biasa disajikan dengan cara digoreng atau dibakar dan disajikan dengan irisan cabai, bawang merah, tomat juga perasan jeruk nipis.

UveMpoi/Sayur Asam

[suntiang | suntiang sumber]

Uvempoi merupakan makanan berupa sop daging sapi dengan bumbu khas Palu. Daging yang dimasak adalah bagian tulang rusuk. Kuah sop terasa gurih dan berwarna cokelat. Berbeda dengan kaledo dari yang menggunakan tulang kaki lembu Donggala, uvempoi menyajikan kesegaran kala memakannya. Makanan ini sering dihidangkan dengan Burasa, yaitu nasi santan yang dimasak dalam daun pisang. Uvempoi selalu muncul pada saat perayaan Idul Fitri ataupun Idul Adha.

Masakan Uvempoi ini meroket di zaman pemerintahan Presiden Soeharto. Masakan ini wajib dihidangkan pada menteri-menteri yang melakukan kunjungan kerja ke Palu.[1]

Uta Dada / Sayur Santan

[suntiang | suntiang sumber]

Uta Dada [14]merupakan kuliner khas Tanah Kaili yang tidak hanya digemari masyarakat asli daerah ini, tetapi juga menu kesukaan masyarakat  pendatang. Uta Dada merupakan jenis kuliner  bersantan agak pedas, dengan aroma dan rasa khas antara ayam bakar/asap  dengan  bumbu.

Terdapat dua jenis Uta Dada, yakni Uta Dada Ayam dan ikan Cakalang keduanya sama-sama di bakar/asap. Karena kekuatan rasa Uta Dada sebenarnya adalah dari proses bakar/asap.  Karena itulah, sebenarnya memasak Uta Dada tidak membutuhkan bawang putih, karena bawang putih justru akan menenggelamkan aroma ayam/ikan bakar/asap tersebut. Bahkan, umumnya masakan khas Kaili pada umumnya juga tidak membutuhkan bawang putih.

Antara Uta Dada Ayam dan ikan hanya terdapat sedikit perbedaan bumbu. Jika uta dada ayam menggunakan sereh dan sedikit air asam jawa, bukan menggunakan tomat. Sedangkan uta dada ikan tidak menggunakan sereh  tetapi menggunakan tomat, bukan air asam jawa.


Labia Dange

[suntiang | suntiang sumber]

Labia Dange[15] terbuat dari Sagu dan Dalam bahasa daerah setempat, labia berarti sagu dan dange yaitu pangang. Makanan labia dange berarti sagu panggang. Pengolahannya dengan cara memanggangnya di atas bara dengan wajan tanah liat.

Transportasi

[suntiang | suntiang sumber]

Transportasi Udara

[suntiang | suntiang sumber]

Kota Palu mempunyai sebuah bandara nasional yang berada di dalam kota, yaitu Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie, terletak di Kecamatan Palu Selatan, Kelurahan Birobuli Utara.

Transportasi Laut

[suntiang | suntiang sumber]

Kota Palu juga mempunyai sebuah Pelabuhan Nasional yang juga berada di dalam wilayah kota, yaitu Pelabuhan Pantoloan, terletak di Palu Utara, Kecamatan Tawaeli, Kelurahan Pantoloan.

Transportasi Darat

[suntiang | suntiang sumber]
Jembatan di Palu pada tahun 1930-an

Transportasi darat di kota Palu meliputi transportasi tradisional dan modern.

Di kota Palu sedikitnya telah beroperasi 800 minibus angkutan kota (angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Jumlah angkot di kota ini sering kali dianggap terlalu banyak, mengingat kota ini hanya membutuhkan sekitar 500 angkot. Hal ini berarti terdapat 2 angkot untuk seorang komuter. Biaya Rp. 4.000,- untuk orang dewasa dan Rp. 3.000,- untuk pelajar. Uniknya, meskipun trayek angkot telah ditetapkan, setiap angkot dapat saja mengantar penumpang ke mana saja sepanjang sopir angkot berkenan. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1, yaitu warna biru tua.

Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut penumpang antar kota dalam maupun lintas provinsi.

Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata "argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada argometer yang melengkapi setiap taksi.

Ojek adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di kota-kota lainnya, ojek merupakan 'taksi motor' yang selalu siap mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojek menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek. Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat sedang menunggu di tepi jalan. Pertengahan tahun 2017 komunitas ojek palu diramaikan dengan kedatangan aplikasi ojek daring yaitu Grab

Moda transportasi tradisional ini masih dapat dijumpai di beberapa wilayah kota ini. Namun, wilayah peredarannya dibatasi agar tidak memasuki pusat kota dan hanya terbatas untuk mengangkut penumpang dan barang di sekitar lokasi pasar-pasar tradisional.

Kejadian Penting

[suntiang | suntiang sumber]

Pada tanggal 24 Januari 2005 pukul 04.10 WITA, gempa berkekuatan 6,2 pada Skala Richter mengguncang Palu. Pusat gempa terjadi di Desa Bora Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, 16 km arah tenggara Palu tepatnya,di kedalaman 30 km. Gempa itu berada pada 1°03′ LS - 119°99′ BT. Warga panik dan langsung mengungsi karena takut kemungkinan adanya tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Sebagian dari mereka melarikan diri ke perbukitan dan pegunungan. Akibatnya, satu orang meninggal, empat orang cedera dan 177 bangunan rusak. Warga sekitar Biromaru Malah Mengungsi didekat tempat pusat gempa.

Pada tanggal 28 September 2018 pukul 18.02 WITA, gempa berkekuatan 7,4 Mw mengguncang daerah Donggala, Palu, Sigi dan sekitarnya. Selain korban jiwa, gempa dan tsunami menyebabkan sarana dan prasarana rusak. Salah satunya Jembatan Kuning yang menjadi ikon Kota Palu ambruk. Berikut informasi terkini terkait bangunan yang rusak:

  • Bangunan dan utilitas kota sepanjang Teluk Palu yang tersapu tsunami dengan radius pencapaian gelombang rata-rata 300 meter dari bibir pantai.
  • Hotel Roa-Roa berlantai 8 di Jalan Pattimura rata dengan tanah. Di hotel terdapat 76 kamar dari 80 kamar yang terisi oleh tamu.
  • Permukiman padat Perumahan Nasional Perumnas Balaroa, Palu Barat yang terdampak likuifaksi, setidaknya lebih dari 1800 bangunan amblas 4 meter dan 550 korban meninggal dunia tertimbun tanah dan reruntuhan. Kawasan terdampak likuifaksi di zonasi sebagai kawasan dilarang membangun (red zone).
  • Permukiman beserta lahan pertanian di Kelurahan Petobo yang terdampak likuifaksi.
  • Desa Jono Oge dan Desa Sibalaya Kabupaten Sigi dan lahan pertanian sekitar terdampak likuifaksi.
  • Bandar udara Mutiara SIS Al-jufri mengalami kerusakan pada landasan pacu sepanjang 400 meter dari panjang utama 2400 meter, menara pemantau (ATC) roboh dengan 1 korban meninggal dunia, dan bangunan utama bandar udara yang rusak dan retak.
  • Pusat perbelanjaan atau salah satu mal terbesar di kota Palu, Mal Tatura Jalan Emy Saelan ambruk.
  • Pusat perbelanjaan Palu Grand Mall terletak di jalan Diponegoro terhempas tsunami terletak persis berhadapan dengan Teluk Palu.
  • Hotel Mercure terletak di jalan Cumi-cumi dan Hotel Palu Golden terletak di jalan Raden Saleh rusak dan terhempas tsunami.
  • Arena Festival Pesona Palu Nomoni merupakan kawasan sepanjang teluk sebagai tempat acara utama Hari jadi Kota Palu dimana terdapat ratusan hingga ribuan orang pengisi acara.
  • Gedung Anutapura Medical Centre (AMC) di Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat di Jalan Kangkung, Palu roboh
  • Jembatan Kuning Ponulele roboh diguncang gempa dan diterjang tsunami.
  • Jalur trans Sulawesi Palu dari Polo-Poso-Makassar tertutup longsor, jalur trans Sulawesi Palu-Mamuju-Makassar, dan jalur trans Sulawesi Palu-Donggala-Toli-toli tertutup material tsunami.
  • Garis patahan sesar Palu-Koro terlihat mengalami pergeseran tanah mendatar kurang lebih hingga 5,5 meter membentuk garis lurus membelah kota yang ditandai dengan bengkoknya jalan-jalan strategis kota di antaranya Jalan Cumi-cumi, jalan Diponegoro, jalan Lasoso, jalan Asam, jalan Kedondong, jalan Pipa air, jalan Cemara, jalan Manggis, jalan Kamboja (Perumnas Balaroa), hingga jalan Padanjakaya, semuanya membentuk garis dengan perpindahan yang sama.


  1. a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 21 Juli 2021. 
  2. "Kota Palu Dalam Angka 2020" (pdf). www.palukota.bps.go.id. hlm. 48. Diakses tanggal 20 Januari 2021. 
  3. "Kota Palu Dalam Angka 2016". www.palukota.bps.go.id. hlm. 159. Diakses tanggal 20 Januari 2021. 
  4. "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 21 Juli 2021.  [pranala nonaktif permanen]
  5. "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021" (pdf). www.bps.go.id. Diakses tanggal 14 Maret 2022. 
  6. a b c d Pemerintah Kota Palu. (2009). Palu Kota Dua Wajah. Palu: CACDS.
  7. "BPS Prov Sulawesi Tengah". sulteng.bps.go.id. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  8. palukota.bps.go.id Pertumbuhan dan Total Penduduk Archived 2020-04-27 di Wayback Machine.. Diakses pada 23 Januari 2012.
  9. a b c Kompas.com. (27 Februari 2012). Palu Bisa Menjadi Pusat Budaya Sulawesi. Diakses pada 4 Juni 2014 11:21 dari http://oase.kompas.com/read/2012/02/27/16481582/Palu.Bisa.Menjadi.Pusat.Budaya.Sulawesi[pranala nonaktif permanen][pautan nonaktif salamonyo]
  10. Kompas.com. (19 Januari 2011). Palu Bakal Punya Masjid Terapung. Diakses pada 4 Juni 2014 11:47 dari http://regional.kompas.com/read/2011/01/19/20054943/Palu.Bakal.Punya.Masjid.Terapung
  11. Kompasiana.com. "Memanjakan Mata di Vila Bukit Indah Doda". KOMPASIANA (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2022-05-23. 
  12. "Review Villa Bukit Indah Doda | Ruang Cindi" (dalam bahasa Inggris). 2022-02-13. Diakses tanggal 2022-05-23. 
  13. Kompas.com. (1 Januari 2014). Asam Pedas Kaledo Khas Palu. Diakses pada 4 Juni 2014 11:56 dari http://travel.kompas.com/read/2014/01/01/0928497/Asam.Pedas.Kaledo.Khas.Palu.
  14. "Uta Dada, Kuliner Khas Palu dan Rahasia Memasaknya | aginamo". aginamo.blogspot.com. Diakses tanggal 2022-05-23. 
  15. "Labia Dange, Olahan Sagu Terkenal dari Sulawesi Tengah". MerahPutih. 2018-10-01. Diakses tanggal 2022-05-23. 

Pranala luar

[suntiang | suntiang sumber]